Tuesday, January 21, 2020

Skripsi Proposal ( Ayat-ayat Cinta )



PROPOSAL PENELITIAN
NILAI- NILAI AKHLAK DALAM NOVEL AYAT- AYAT CINTA 2
KARYA HABIBURRAHMAN EL- SHIRAZY


Oleh
NURUL AFIATUL HUDA
NPM:  15.03.3166


A.           Latar Belakang Masalah
Akhlak mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Karena akhlak merupakan indikator yang digunakan dalam menentukan harga diri seseorang. Apabila akhlak seseorang baik, maka tinggi pula harga dirinya. Dan sebaliknya apabila akhlak seseorang buruk, maka rendah pula harga dirinya. Bukan hanya itu, telah diketahui bahwasanya tujuan pendidikan akhlak dalam Islam adalah agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada dijalan yang lurus (al-shirath al-mustaqim), yaitu jalan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Jalan yang lurus, sebagaimana dalam firman Allah SWT:

صِرَاطَ الَّذيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِالْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلا َ الضَّآلِّيْنَ
 (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (Q.S Al-Fatihah: 7).
Akhlak menurut Abdullah Darroz adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap, kekuatan, dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat). Akhlak sendiri dijadikan sebagai tolak ukur dari perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Kebenaran akhlak sendiri berasal dari Tuhan. 
Istilah akhlak seringkali dikaitkan dengan moral dan etika, karena ketiga istilah tersebut sama-sama membahas tentang baik dan buruk perilaku seseorang, namun pada hakikatnya ketiga istilah tersebut mempunyai perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada sumber hukum yang digunakan dari masing-masing istilah tersebut. 
Moral berasal dari bahasa Latin ”Mores” yang berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang diterima umum atau masyarakat. Sedangkan Etika adalah sebuah tatanan perilaku berdasarkan suatu sistem tata nilai masyarakat tertentu. Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat. (Khozin, 2013: 135-137).
Dalam keseluruhan ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan yang istimewa dan sangat penting. Hal tersebut dapat dilihat dari hal-hal berikut ini: 1) Rasulullah menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai misi pokok Risalah Islam. 2) Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam, sehingga Rasulullah SAW pernah mendefinisikan agama itu dengan akhlak yang baik (Husn al-khuluq) 3) Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan seseorang nanti pada hari kiamat.   4)Rasulullah SAW menjadikan baik buruknya akhlak seseorang sebagai ukuran kualitas imannya. 5) Islam menjadikan akhlak yang baik sebagai bukti dan buah dari ibadah kepada Allah SWT. 6) Nabi SAW selalu berdoa agar Allah SWT selalu membaikkan akhlak beliau.7) Didalam Al-Qur‟an banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan akhlak.(Ilyas, 2006).
Didalam Al-Qur‟an telah dijelaskan dengan sangat detail tentang bagaimana cara berhubungan dengan Allah SWT (Hablum minallah) dan hubungan kepada sesama manusia (Hablum minannas)  disamping itu juga masih ada hubungan dengan lingkungan sekitar dan makhluk hidup yang lain. Bahkan akhlak sendiri memiliki dua sasaran yaitu Pertama, akhlak kepada Allah SWT. Kedua, akhlak kepada sesama makhluk. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوْاْ اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَاللهَ كَثِيْرًا
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S. Al-Ahzab:21).
Bahkan Nabi Muhammad SAW memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan Al-Qur‟an. Karena Al-Qur‟an  merupakan kitab yang lengkap dan sempurna daripada kitab-kitab sebelumnya. Melalui pendidikan Al-Qur‟an pula Nabi Muhammad SAW mengajarkan ilmu- ilmu tentang bermacam-macam fadhillah, wawasan keilmuan, akhlak, adat istiadat yang baik, dan manfaat ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia (Untung, 2007: 92). 
Bagi Nabi Muhammad SAW, Al-Qur‟an sebagai cerminan berakhlak. Orang yang berpegang teguh pada Al-Qur‟an dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, maka sudah termasuk meneladani akhlak Rasulullah SAW. (Makhbulloh, 2011:140) 
Dalam Erwati Aziz, Shalih Abdul Aziz mengatakan bahwa pendidikan akan sempurna apabila menjadikan pendidikan akhlak sebagai dasarnya. Perkataan Shalih Abdul Aziz tersebut tidak berlebihan karena hampir setiap hari kita mendengar dan melihat kejahatan dan tindak kriminal yang ada dimana-mana. Tidak hanya dinegara Indonesia, bahkan di negara-negara maju pun juga terjadi. Penyebab terjadinya tindakan kejahatan tersebut adalah akhlak manusia sekarang yang sudah semakin jatuh dan melebur bersama sikap hedonisme (Aziz,2003:102)
Berdasarkan pemaparan di atas dapat di ketahui bahwa dari dulu sampai sekarang masalah Akhlak mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu akhlak selalu mendapat perhatian lebih.
Novel merupakan salah satu karya sastra yang bisa mempengaruhi kejiwaan pembacanya. Novel yang baik adalah novel yang isinya mengandung tentang keteladanan tokoh ataupun hal yang positif. Karena bisa jadi banyak anak muda yang mengidolakan tokoh yang ada dalam novel. Apabila tokoh utama dalam novel banyak mengajarkan tentang kebaikan maka sedikit demi sedikit mereka akan meniru perilaku tokoh utama tersebut.   
Habiburrahman El-Shirazy mencoba menyampaikan kehidupan para pemuda yang kuliah diluar Negeri yaitu Mesir melalui Novel AyatAyat Cinta 1. Novel ini termasuk novel religi di mana dalam novel ini terdapat beberapa pesan-pesan yang sarat makna, di antaranya semangat menuntut ilmu, sabar, tenggang rasa dan lainnya. Novel ini mengisahkan perjuangan Fahri Abdullah atau sering disapa dengan Fahri, dia seorang pemuda yang berasal dari Indonesia. Fahri adalah seorang pemuda yang sederhana dan sangat haus dengan ilmu pengetahuan. Hal itu dibuktikan ketika Fahri terpilih menjadi salah satu murid talaqqi Syaikh Usman, dia begitu bersemangat dalam mengikutinya, sampai suatu saat Fahri terkena Heatstroke, yang disebabkan cuaca yang ekstrim dan badai pasir yang hebat. Tetapi hal itu tidak mematahkan semangat Fahri untuk menimba ilmu pada Syaikh Usman, baginya menjadi salah satu murid dari Syaikh Usman merupakan kebanggaan yang tak ternilai.  Selain membahas tentang tholabul ‘ilmi, novel ini juga membahas tentang kesabaran, perjuangan, dan cinta segitiga.
Dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2 ini juga terdapat pesan atau nilai akhlak yang patut untuk di jadikan teladan. Nilai-nilai akhlak tersebut diantaranya adalah Pertama Akhlak kepada Allah yang meliputi sabar, syukur, ikhlas, husnudzan, malu kepada Allah Swt. Kedua Akhlak kepada sesama manusia yang meliputi tolong menolong, memelihara ukhuwah, penyayang, disiplin, menghormati guru  Ketiga Akhlak terhadap keluarga yang meliputi berbakti kepada kedua orangtua, berlaku baik pada keluarga, saling menyayangi .
Perjalanan Fahri di Inggris ini untuk menyelesaikan riset postdocnya. Tokoh Fahri dalam novel ini dikisahkan sebagai seorang tokoh yang baik akhlaknya, jiwa wirausaha yang kuat, dan  mempunyai wawasan ilmu pengetahuan yang luas. Dalam novel ini di kisahkan berbagai cobaan dan kebahagiaan yang di peroleh Fahri selama melakukan riset di sana.  Dalam novel ini banyak di kisahkan tokoh Fahri dengan akhlak-akhlak mulianya, sehingga novel ini mendapat banyak tanggapan positif.
Novel novel Ayat-Ayat Cinta 2 sangat layak dijadikan bahan bacaan yang berkualitas, khususnya bagi kalangan remaja karena di dalam novel ini terdapat nilai-nilai akhlak dan nilai- nilai pendidikan Islam dan gambaran-gambaran tentang permasalahan-permasalahan yang terjadi pada kalangan remaja. Pembaca akan meneladani karakter remaja Islam terutama mengenai karakter Fahri yang memiliki budi pekerti yang baik, berprestasi dan kreatif.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk membahas mengenai kandungan nilai-nilai akhlak  dalam novel novel Ayat-Ayat Cinta 2 dalam sebuah skripsi yang berjudul: “Nilai-Nilai Akhlak dalam Novel novel Ayat-Ayat Cinta 2  Karya Habiburrahman El Shirazy”.

B.            Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah:
1.    Bagaimanakah nilai- nilai akhlak terhadap Agama?
2.    Bagaimanakah nilai- nilai akhlak terhadap Lingkungan?
3.    Bagaimanakah nilai- nilai akhlak terhadap Sesama Manusia?




C.           Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas maka tujuan penelitiannya sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui nilai- nilai akhlak terhadap Agama.
2.    Untuk mengetahui nilai- nilai akhlak terhadap Lingkungan
3.    Untuk mengetahui nilai- nilai akhlak terhadap Sesama Manusia.
D.           Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis maupun praktis, antara lain:
1.    Kegunaan Teoritis
Diharapkan dapat mendeskripsikan nilai-nilai Akhlak apa saja yang terdapat dalam novel novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy dan juga dapat mendeskripsikan apa saja nilai- nilai akhlak terhadap agama, lingkungan dan sesama manusia.
2.      Kegunaan Praktis
a.       Bagi dunia sastra
Diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan dan menjadi bahan pertimbangan dalam membuat sebuah karya, yaitu tidak hanya memuat tentang keindahan dan hiburan semata sebagai daya jual namun juga memperhatikan isi dan memasukkan pesan-pesan yang dapat diambil dari karya sastra tersebut berupa nilai-nilai Akhlak.
b.      Bagi dunia pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap penggunaan media pembelajaran yang efektif dan efisien dalam rangka melaksanakan pendidikan melalui media cerita yang inspiratif dalam mendidik siswa.

E.            Landasan Teori
1.      Konsep Nilai
a.       Definisi Nilai
Nilai adalah suatu perangkat keyakinan ataupun perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus pada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun pola tingkah laku. (Hanafi, 2001:88). Memberikan corak yang khusus pada pola pemikiran, perasaan, keterikatan maupun pola tingkah laku. (Hanafi, 2001:88).
Nilai adalah keyakinan mengenai cara bertingkah laku seseorang dan juga digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya (Alfan, 2013: 60).
Sementara Mustafa dalam Zakiyah mengemukakan bahwa nilai secara etimologi merupakan pandangan kata value (bahasa inggris) (moral value). Nilai adalah segala hal yang berhubungan dengan tingkah laku mengenai baik, buruk yang diukur oleh agama, tradisi, etika, moral dan kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat, dimana nilai dijadikan tolak ukur dalam bertingkah laku.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa nilai adalah suatu patokan yang dijadikan tolak ukur untuk menilai baik buruknya tingkah laku seseorang yang diukur oleh agama, tradisi, etika, dan moral.
b.      Sumber Nilai
Adanya nilai sosial di dalam masyarakat bersumber pada tiga hal, yaitu Tuhan, masyarakat dan individu.
1)      Nilai yang bersumber dari Tuhan
Sumber nilai ini diketahui melalui ajaran agama yang tertulis di dalam kitab suci. Terdapat nilai yang bisa memberikan pedoman dalam bertingkah laku dan sikap dengan sesama di dalam ajaran agama. Contohnya adanya nilai kasih sayang, ketaatan, hidup sederhana, kejujuran dan sebagainya. Nilai yang bersumber dari Tuhan dikenal dengan nilai theonom.
2)      Nilai yang bersumber dari masyarakat
Masyarakat bersepakat mengenai suatu hal yang dianggap baik dan luhur, lalu di jadikannya sebagai pedoman dalam berperilaku sehari- hari. Contohnya sopan santun kepada orang tua. Nilai yang bersumber dari hasil kesepakatan banyak orang di sebut nilai heteronom.
3)      Nilai yang bersumber dari Individu
Dasarnya memang setiap individu mempunyai suatu hal yang baik, penting, dan luhur. Contohnya gigih dalam bekerja. Seseorang menganggap bahwa kerja keras merupakan hal yang penting untuk meraih keberhasilan.
Seiring berjalannya waktum nilai ini di ikuti oleh orang lain dan akhirnya nilai tersebut akan menjadi milik bersama. Kenyataannya, milai sosial yang berasal dari individu sering ditularkan dengan cara memberi contoh perilaku sejalan dengan nilai yang di maksud. Nilai yang bersumber dari individu di sebut nilai otonom.
c.       Pembagian Nilai
1)      Menurut Notonegoro nilai terbagi menjadi tiga yaitu
a)      Nilai material, yaitu sesuatu yang berguna untuk unsur fisik. Contohnya sandang, pangan dan papan.
b)      Nilai vital, yaitu sesuatu yang berguna dalam kegiatan tertentu. Contohnya baju olahraga ketika ada kegiatan olahraga.
c)      Nilai kerohanian, yaitu sesuatu yang berguna bagi batin atau nurani manusia. Contohnya akal, estetika dan religi.
2)      Menurut bentuk dan wujudnya nilai terbagi menjadi dua, yaitu:
a)      Nilai material atau jasmani (nilai konkret)
b)      Nilai immaterial atau rohani (nilai abstrak)
3)      Menurut cirinya nilai terbagi menjadi dua, yaitu:
a)      Nilai dominan atau penting.
Banyak orang yang menganutnya, lamanya orang menganut nilai tersebut, tinggi rendahnya usaha mencapainya, kebanggaan orang menggunakan nilai itu.
b)      Nilai mendarah daging atau internalized value
Nilai yang sudah menjadi kepribadian dan kebiasaan seseorang. Ketika di langgar akan merasa bersalah atau kecewa (https://www.yuksinau.id/nilai-sosial/#Sumber_Nilai_Sosial di akses pada 05 Maret 2019)
2.      Konsep Akhlak
a.       Definisi Akhlak
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya tingkah laku, perangai dan tabiat. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnungkan lagi. Dengan demikian, akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan  (Muqni’ah, 2011: 104).
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab jamak dari kata khuluq. Para ahli mengartikan akhlaq dengan istilah watak, tabi’at, kebiasaan, perangai, aturan. Definisi akhlak menurut ulama akhlak:
1)      Ibnu Maskawah mengangkat akhlak adalah kadar jiwa yang senantiasa mempengauhi untuk bertingkah laku tanpa pemikiran dan pertimbangan.
2)      Sidi Ghazalba menurutnya akhlak adalah sikap kepribadian yang melahirkan perbuatan manusia terhadap Tuhan dan manusia, diri sendiri, dan makhluk lain, sesuai dengan suruhan dan larangan serta petunjuk al- Qur’an dan Hadits (Riadi, Nurlaili dan Junaidi, 2017: 98-99).
Akhlak secara etimologi (arti bahasa) berasal dari kata khalaqa yang kata  asalnya khuluqun, yang berarti perangai, tabiat dan adat.selain itu juga dari kata khaqun yang berarti kejadian, buatan, dan ciptaan. Jadi secara etimologi akhlak itu berarti peringai, adat, tabi’at atau sistem perilaku yang dibuat. Karenanya akhlak secara kebahasaan bisa baik atau bisa buruk tergantung kepada tata nilai yang dipakai sebagai landasannya. Meskipun secata sosiologis di Indonesia kata akhlaq sudah mengandung konotasi baik, jadi orang yang berakhlak berarti orang yang berakhlak baik (Mukni’ah,2011: 104-105).
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik (Mukni’ah,2011:105)
Menurut Syarif dalam kerangka dasar Islam mendefinisikan akhlak adalah sikap yang menimbulkan perilaku baik dan buruk (Riadi, Nurlaili dan Junaidi, 2017: 99).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan beberapa ciri dalam perbuatan akhlak Islam:
1)      Perbuatan yang tertanam kuat dalam jiwa yang menjadikan kepribadian seseorang.
2)      Perbuatan yang dilakukan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan
3)      Perbuatan itu merupakan kehendak diri yang dibiasakan tanpa paksaan
4)      Perbuatan itu berdasarkan petunjuk al-Qur’an dan Hadis.
5)      Perbuatan itu berprilaku terhadap Allah, manusia, diri sendiri, dan makhluk lainnya (Riadi, Nurlaili dan Junaidi, 2017: 99).
Pendidikan akhlak berkisar tentang persoalan kebaikan dan kesopanan, tingkah laku yang terpuji serta berbagai persoalan yang timbul dalam kehidupan sehari- hari dan seharusnya seorang siswa bertingkah laku (Riadi, Nurlaili dan Junaidi, 2017: 99-100).
Pendidikan akhlak ini sangat penting diterapkan untuk pembinaan atau pembentukan tingkah lakunya.
Ibnu Sina sangat menekankan pentingnya pendidikan akhlak, semata- mata di sebabkan karena akhlak sumber segala- galanya dan kegidupan bergantung pada akhlak (tidak ada kehidupan tanpa akhlak (Riadi, Nurlaili dan Junaidi, 2017: 100).
Al-Ghazali menghendaki agar pendidikan itu dilandasi dengan agama dan akhlak. Landasan berakhlak adalah:
1)      Al-Qur’an
Akhlak Rasulullah adalah akhlak al- Qur’an. Rasulullah juga diibaratkan al- Qur’an yang berjalan.
2)      As- Sunnah
Mengikuti sunnah berarti mengikuti cara Rasulullah bersikap, bertindak, berpikir, dan memutuskan. Seperti hadis Rasulullah yang berbunyi “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak mulia” (HR. Imam Malik).
Hubungan akhlak dengan ilmu pendidikan sangat mendasar dalam hal teoritik dan pada tatanan praktisnya. Sebab, dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan perilaku akhlak seseorang (Riadi, Nurlaili dan Junaidi, 2017: 100).
Pendidikan Islam mengajarkan bagaimana bertingkah laku, bersikap sesama dan bersikap kepada pencipta (Allah). Begitu pentingnya pendidikan akhlak terhadap seseorang, sehingga Islam pun membina akhlak melalui rukun Iman dan rukun Islam (Riadi, Nurlaili dan Junaidi, 2017: 101).
Salahsatu ayat al- Qur’an tentang pendidikan akhlak adalah al- Qur’an surat al- Maidah ayat 88:
وَكُلُواْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ حَلاَلاًطَيِّبًا ۚ وَاتَّقُواْ اللهَ الَّذِى أَنْتُمْ بِهِے مُؤْمِنُوْنَ
 Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya       
( Q.S. al- Maidah: 88)
Dalam ayat diatas Allah menegaskan dan mengajarkan kepada hambanya agar memakan makanan yang halal dan baik sebagai rezeki yang diberikan Allah kepada hambanya. Pendidikan akhlak yang terkandung dalam ayat ini  adalah bagaimana cara seseorang untuk mendapatkan rezeki tersebut. Allah mengajarkan kepada hamba- Nya untuk mencari rezeki itu dengan cara yang halal (Riadi, Nurlaili dan Junaidi, 2017: 101).
Pembinaan akhlak dalam kehidupan sehari- hari dapat dilakukan melalui rukun iman dan rukun Islam sebagai berikut:
1)   Melalui pemahaman dan kesadaran akan apa yang terkandung dalam rukun iman dan implementasinya dalam kehidupan
2)   Melalui pengalaman terhadap rukun Islam dengan pemahaman dan kesadaran yang di ikuti inernalisasi nilai rukun Islam dalam kehidupan harian.
3)   Pembiasaan diri dengan nilai- nilai dalam kehidupan sehari- hari akan tertanam kuat menjadi jati diri.
4)   Memperbanyak membaca hadis Rasulullah Saw untuk mengisi akal pikiran inspirasi bertindak dan berprilaku serta menjadi standar dalam berakhlak mulia (Riadi, Nurlaili dan Junaidi, 2017: 102).
b.      Karakteristik Akhlak
Islam adalah agama yang dibawa oleh para nabi dan rosul. Bahwa Allah Swt tidak mengutus para nabi dan rasul- Nya kecuali mengajak manusia untuk menganut agama Islam dengan artian berserah diri kepada Allah, mengesakan Allah dan beribadah kepada Allah semata (Mukni’ah, 2011: 108).
Oleh karena itulah, ketika Allah Swt mengutus Nabi akhir zaman, fokus yang dibawa beliau adalah mengajak manusia untuk berislam seperti yang telah di ajarkan oleh nabi- nabi dan rasul- rasul sebelumnya. Lalu, Allah memproklamasikan bahwa hanya Islamlah yang di ridhai oleh Allah Swt. Sebagaimana yang di sebutkan dalam ayat- Nya:
Di haramkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang di sembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang di tanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (di haramkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah iyu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang- orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada- Ku. Padahari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat- Ku dan telah Ku- ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengajaberbuat dosa, sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang. (Q.S. al- Maidah:3) (Mukni’ah, 2011: 108-109).
Selain itu bagi siapa yang tidak menambil Islam sebagai agamanya dan jalan hidupnya, dirinya akan tertolak dan merugi dunia akhirat. Allah Swt berfirman:
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali- kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang- orang yang rugi. (Q.S. Ali ‘Imran: 85)
Olehkarena itu, perlu dipahami bahwa Islam adalah agama yang memiliki karakteristik yang universal sehingga mampu menjangkau lapisan masyarakat yang berlainan dan beragam model dan bentuknya, dari ras suku bangsa, warna kulit, bahasa, jenis dan kedudukan. Dengan itulah Islam memberikan banyak solusi dalam berbagai kehidupan di sepanjang zaman. Hal inilah yang merupakan karakteristik dari ajaran Islam yang hakiki (Mukni’ah,2011: 109).
Prinsip akhlak dalam Islam yang paling menonjol ialah bahwa manusia bebas melakukan tindakan- tindakannya, ia punya kehendak untuk berbuat dan tidak berbuat sesuatu. Ia merasa bertanggung jawab terhadap seuma yang dilakukannya dan harus menjaga apa yang di halalkan dan di haramkan Allah. Maka, tanggung jawab pribadi ini merupakan prinsip akhlak yang paling menonjol dalam Islam, dan semua urusan keragaman seseorang selalu di sandarkan pada tanggung jawab pribadi (Mukni’ah,2011: 109- 110)
Islam ialah kelengkapan dan luas bidangnya yang meliputi semua aspek perbuatan manusia sama ada mengenai dirinya, orang lain atau yang berkaitan dengan perseorangan atau kemasyarakatan dan kenegaraan. Tidak ada suatu pun perbuatan manusia yang keluar dan tidak diatur oleh peraturan akhlak Islam. Kesyumulan akhlak Islam ialah ia tidak berpisah dengan semua bidang- bidang kehidupan manusia (Mukni’ah,2011: 110).
c.       Jenis- jenis Akhlak
Akhlak yang baik kepada Allah berucap dan bertingkah laku terpuji terhadap Allah Swt. Baik melalui ibadah langsung kepada Allah seperti shalat, puasa dan sebagainya, maupun melalui perlaku tertentu yang mencerminkan hubungan dan komunikasi dengan Allah di luar ibadah itu. Artinya akhlak yang terpuji sangat menentukan komunikasi dengan Allah melalui berbagai tindak- tanduk yang memperlihatkan sisi ketundukan kepada Allah( Mukni’ah, 2011: 119).
Allah sangat menyukai hamba- Nya yang mempunyai akhlak terpuji. Akhlak terpuji dalam Islam disebut sebagai akhlak mahmudah. Beberapa contoh akhlak terpuji antara lain adalah bersikap jujur, bertanggung jawab, amanah, baik hati, tawadhu, istiqamah, dll.
Menurut sifatnya, akhlak dibagi menjadi dua, yaitu:
1)        Akhlak Mahmudah (akhlak terpuji) atau Akhlak Karimah (akhlak mulia), adalah perbuatan-perbuatan baik yang datang dari sifat-sifat baik yang datang dari sifat-sifat batin yang ada dalam hati menurut syara'. Sifat-sifat itu biasanya disandang oleh para Rasul, anbiya, aulia dan orang-orang yang salih (Mansur, 2007: 239).
Dalam pengertian lain, akhlak mahmudah adalah akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan umat, seperti sabar, jujur, ikhlas, bersyukur, tawadlu (rendah hati), husnudzdzon (berperasangka baik), optimis, suka menolong orang lain, suka bekerja keras dan lain-lain (Aminuddin, dkk, 2014: 153).
2)        Akhlak Madzhmumah (akhlak tercela) atau Akhlak Sayyi'ah (akhlak yang jelek) merupakan akhlak yang tidak dalam kontrol ilahiyah, atau berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syaitaniyah dan dapat membawa suasana negatif serta destruktif bagi kepentingan umat manusia, seperti takabbur (sombong), su'udzon (berprasangka buruk), tamak, pesimis, dusta, kufur, berkhianat, malas, dan lain-lain (Aminuddin, dkk, 2014: 153).
d.      Akhlak terhadap Agama, Lingkungan Masyarakat dan Diri sendiri.
1)      Akhlak terhadap Agama
Akhlak terhadap agama meliputi beriman kepada Allah, taat kepada Rasul serta meniru segala tingkah laku beliau (Mukni’ah, 2011: 117-118).
Akhlak yang baik kepada Allah berucap dan bertingkah laku yang terpuji terhadapAllah Swt. Baik melalui ibadah langsung kepada Allah seperti shalat, puasa dan sebagainya, maupun melalui perilaku- perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan atau komunikasi dengan Allah di luar ibadah itu. Berakhlak yang baik antara lain meliputi:
a)      Beriman, yaitu meyakini wujud dan keesan Allah serta meyakini apa yang di firmankan-Nya. Seperti iman kepada malaikat, kitab- kitab, rasul hari kiamat dan qadha dan qadar. Beriman merupakan fondamen dari seluruh bangunan akhlak Islam. Jika Iman telah tertanam di dada, maka ia akan memancar kepada seluruh perilaku sehingga membentuk kepribadian yang menggambarkan akhlak Islam.
b)      Taat, yaitu patuh kepada segala perintah-Nya dan menjauhkan segala larangan-Nya. Sikap taat kepada perintah Allah merupakan sikap yang mendasar setelah beriman. Ia merupakan gambaran langsung dari adanya Iman di dalam hati.
c)      Ikhlas, yaitu melaksanakan perintah Allah dengan pasrah dan mengharapkan sesuatu kecuali keridhaan Allah.
d)     Khusyuk, yaitu melaksanakan perintah dengan sungguh- sungguh. Khusyuk melahirkan ketenangan batin dan perasaan bahagia pada orang yang melakukannya. Karena itu, segala bentuk perintah yang dilakukan dengan khusyuk melahirkan kebahagiaan hidup.
e)      Husnudzan, yaitu berbaik sangka kepada Allah. Apa saja yang diberikan-Nya merupakan pilihan yang terbaik untuk manusia. Berprasangka baik kepada Allah merupakan gambaran harapan dan kedekatan seseorang kepada-Nya sehingga apa saja yang diterma-Nya dipandang sebagai sesuatu yang terbaik bagi dirinya. Oleh karena itu, seorang yang husnudzon tidak akan mengalami perasaan kecewa atau putus asa yang berlebihan.
f)       Tawakal, yaitu mempercayakan diri kepada Allah dalam melaksanakan suatu kegiatan atau rencana. Sikap tawakal merupakan gambaran dari sabar dan menggambarkan kerja keras dan sungguh- sungguh dalam melaksanakan suatu rencana. Apabila rencana tersebut menghasilakn keinginan yang diharapkan atau gagal dari harapan yang semestinya. Ia akan mampu menerimanya tanpa penyesalan.
g)       Syukur, yaitu mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan-Nya. Ungkapan syukur dilakukan dengan kata- kata dan perilaku. Ungkapan dalam bentuk kata- kata adalah mngucapkan hamdallah setiap saat, sedangkan bersyukur dengan perilaku dilakukan dengan cara menggunakan nikmat Allah sesuai dengan semestinya.
h)      Bertasbih, yaitu mensucikan Allah dengan ucapan, yaitu memperbanyak mengucapkan subhanallah (maha suci Allah) serta menjauhkan perilaku yang dapat mengotori nama Allah Yang Maha Suci.
i)        Istigfar, yaitu meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yang pernah dibuat dengan mengucapkan astagfirullahal adzim (aku memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung). Sedangkan istigfar melalui perbuatan dilakukan dengan cara tidak mengulangi dosa yang telah di lakukan. (Suryana, dkk:189: 191)
2)      Akhlak terhadap Lingkungan
Seorang muslim memandang alam sebagai milik Allah yang wajib disyukuri dengan cara mengelolanya dengan baik agar bermanfaat bagi manusia dan bagi alam itu sendiri. Pemanfaatan alam dan lingkungan hidup bagi kepentingan manusia hendaknya disertai sikap tanggung jawab untuk menjaga agar tetap utuh dan lestari.
Berakhlak kepada lingkungan alam adalah menyikapinya dengan cara memelihara kelangsungan hidup dan kelestariannya. Agama Islam menekankan agar manusia mengendalikan dirinya dalam mengeksploitasi alam, sebab alam yang rusak akan dapat merugikan bahkan menghancurkan kehidupan manusia sendiri.
Seorang muslim di tuntut untuk menebarkan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil alamin), yaitu memandang alam dan lingkungannya dengan rasa kasih sayang (Suryana,dkk: 196).
3)      Akhlak terhadap Sesama Manusia
a)      Akhlak terhadap diri sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya disertai dengan larangan merusak, membinasakan dan menganiaya diri baik secara jasmani (memotong dan merusak badan), maupun secara ruhani (membiarkan larut dalam kesedihan) (Mukni’ah, 2011: 117-118).
Akhlak terhadap diri sendiri diantaranya adalah:
Pertama, setia (al- amanah), yaitu sikap pribadi setia, tulus hati dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang di percayakan kepadanya, baik berupa harta, rahasia, kewajiban atau kepercayaan lainnya. Orang yang setia adalah orang yang memegang kepercayaan dengan baik sesuai dengan keharusannya. Allah:
إِنَّ اللّهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوْاالْاَمٰنٰتِ اِلٰى أَهْلِهَا
sesungguhnya Allah menyuruh kamu menunaikan amanah kepada yang berhak. (Q.S. An- Nisa: 58).
Kebalikan dari akhlak ini atau akhlak madzmumah adalah khianat, yaitu menyalahi kepercayaan dan kejujuran.
Kedua,benar (as- Shidqatu), yaitu berlaku benar dan jujur baik dalam perkataan maupun perbuatan. Sebagaimana firman Allah:
يٰاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْااتَّقُوْاللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ
Hai orang- orang yang beriman berbaktilah kepada Allah dan masuklah kepada golongan orang- orang yang benar. (Q.S. At- Taubah: 199).
Kebalikan dari benar adalah dusta, yaitu menyalahi kenyataan yang sebenarnya.
Ketiga, adil (al-‘adlu), yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnta. Adil terdiri atas adil perseorangan, yaitu tindakan memberikan hak kepada yang mempunyai hak tanpa menguranginya. Adil dari segi hukum atau masyarakat adalah memutuskan suatu perkara sesuai dengan hukum, tanpa memandang latar belakang. Pemerintah yang adil adalah yang mengusahakan rakyatnya sejahtera. Firman Allah:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَآءَ بِالْقِسْطِ وَلاَيَجْرِمَنَّكُمْ شَنَئَانُ قَوْمٍ عَلَۤى اَلاَّ تَعْدِلُوْا اِعْدِلُوْا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى، وَاتَّقُوْا اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Hai orang- orang yang beriman, hendaklah kamu berdiri lurus karena Allah menjadi saksi atas keadilan. Janganlah kebencian kepada suatu kaum menyebabkan kamu tidak menjalankan keadilan. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan patuhlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah itu tahu betul apa- apa yang kamu kerjakan. Q.S Al- Maidah: 8)
Kebalikan dari sifat adil adalah zalim, yaitu menetapkan suatu keputusan hukum secara berat sebelah atau tidak seimbang. Merugikan pihak lainnya, memutar balikkan fakta, atau mengambil hak orang lain secara melampaui batas. Sehingga orang lain teraniaya.
Keempat, memelihara kesucian diri (al- Ifafah), yaitu menjaga dan memelihara kesucian dan kehormatan diri dari tindakan tercela, fitnah, dan perbuatan yang dapat mengotori dirinya. Firman Allah:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكّٰهَا
Berbahagialah orang yang membersihkan jiwanya (Q.S. Asy-Syamsu:9)
 Akhlak mazmumah dari ifafah ini adalah budak nafsu, yaitu mengikuti keinginan hawa nafsu dan emosinya. Sehingga apa saja yang di inginkannya di lakukannya tanpa mempertimbangjan baik atau buruk, halal atau haram.
b)      Akhlak terhadap orang tua
Akhlak dalam keluarga meliputi segala sikap dan perilaku dalam keluarga, contohnya berbakti pada orang tua, menghormati orang tua dan tidak berkata- kata yang menyakitkan mereka (Mukni’ah, 2011: 117-118).
Orang tua menjadi sebab adanya anak- anak, karena itu akhlak terhadap orang tua sangat ditekankan oleh ajaran Islam. Bahkan berdosa pada orang tua termasuk dosa besar yang siksanya tidak hanya diperoleh di akhirat, tetapi juga selagi hidup.
Prinsip- prinsip dalam melakukan akhlak mahmudah terhadap orang tua adalah: Pertama  patuh, yaitu mentaati perintah orang tua, kecuali perintah itu bertentangan dengan perintah Allah. Kedua ihsan, yaitu berbaik kepada mereka sepanjang hidupnya. Ketiga lemah lembut dalam perkataan maupun tindakan. Keempat merendahkan diri di hadapannya. Kelima berterima kasih. Keenam berdo’a untuk mereka atau meminta do’a kepada mereka (Suryana,dkk:195).
c)      Akhlak terhadap tetangga
Akhlak dalam masyarakat meliputi sikap kita dalam menjalani kehidupan sosial, menolong sesama, dan menciptakan masyarakat yang adil yang berlandaskan Al-Qur’an dan hadis (Mukni’ah, 2011: 117-118).
Akhlak terhadap tetangga merupakan perilku yang terpuji. Tetangga merupakan orang yang paling dekat secara sosial, karena itu menjadi prioritas untuk diperlakukan secara baik, sehingga dapat terjalin hubungan yang harmonis dalam bentuk tolong menolong dan sebagainya.
Berbuat baik kepada tetangga sangat di anjurkan oleh Rasulullah Saw, beliau merinci hak tetangga sebagai berikut:
Hak tetangga yaitu:kalau iaingin meminjam hendaklah engkau pinjamkan; kalau ia minta tolong hendaklah engkau tolong; kalau ia sakit, hendaklah engkau lawat; kalau ia ada keperluan, hendaklah engkau beri; kalau ia miskin, hendaklah engkau beri bantuan; kalau ia mendapat kesenangan, hendaklah engkau ucapkan selamat; kalau ia dapat kesusahan, hendaklah engkau hibur; kalau ia meninggal, hendaklah engkau antar jenazahnya. Janganlah engkau bangun rumah lebih tinggi dari rumahnya, janganlah engkau susahkan ia dengan bau masakan mu kecuali engkau berikan kepadanya masakanmu itu. Jika engkau beli buah- buahan hendaklah engkau hadiahkan kepadanya, dan kalau tidak engkau beri, bawalah masuk ke dalam rumahmu dengan sembunyi, dan jangan engkau beri anakmu bawa keluar buah- buahan itu, karena nanti anaknya inginkan buah itu (HR. Abu Syaikh) (Suryana,dkk:196).
F.            Metodologi Penelitian
1.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kepustakaan (library research). Studi Pustaka adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. (Mestika Zed, 2008: 3).
Sedangkan menurut Randolf (2009) dalam Punaji Setyosari (2013) Kajian pustaka atau kajian literatur merupakan suatu analisis dan sintesis informasi, yang memusatkan perhatian pada temuan-temuan dan bukan kutipan bibliografi yang sederhana, meringkas substansi literatur dan mengambil kesimpulan dari suatu isi literatur tersebut. (Setyosari, 2013: 96).
Jadi, penelitian ini adalah penelitian yang berpusat pada kepustakaan. Dalam penelitian ini pengumpulan data dan informasi dengan cara membaca dan menelaah buku, jurnal, majalah, atau artikel yang berkaitan dengan isi materi yang akan digunakan dan berhubungan dengan permasalahan.
2.      Sumber Data
a.       Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. (Bisri, 2014:12) Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El-Shirazy.
b.      Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). (Bisri, 2014:13). Data sekunder dalam penelitian ini adalah:
1)      Abuddin Nata. 2000. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
2)      M. Fajar Shodiq. 2013. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Surakarta: Fataba Press
3)      Mestika Zed. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Obor
4)      Moleong, Lexy. J.. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
5)      Muhammad Mustari.2014. Nilai Karakter Refleksi Untuk Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
3.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang relevan dengan tujuan penelitian yaitu dokumentasi. Metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis, buku, majalah, peraturan, notulen rapat, dan sebagainya. (Arikunto,2006:158). Dalam menggunakan berbagai cara tersebut diharapkan dapat memperoleh data yang representatif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengumpulkan buku-buku yang relevan.
4.      Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian kualitatif berguna untuk menguji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian. Terdapat banyak teknik untuk pengujian kredibilitas data hasil penelitian, diantaranya yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensi, kajian kasus negatif, dan pengecekan anggota. (Moleong, 2011:327-333).
Berkaitan dengan penelitian ini penulis menggunakan cara meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan dan berarti pula bahwa ketekunan mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Maksud dari perpanjangan keikutsertaan ialah untuk memungkinkan peneliti terbuka terhadap pengaruh ganda, yaitu faktor-faktor kontekstual dan pengaruh bersama pada peneliti dan subjek yang akan diteliti.
5.      Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah- milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskannya, mencari data dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2011: 248). Bahan-bahan yang bisa dianalisis melalui content analysis yakni bahan-bahan tertulis seperti buku teks, novel, koran, bahkan musik, gambar-gambar, pembicaraan politik, bisa dikaji melalui content analysis. Adapun langkah-langkah kerja metode ini adalah sebagai berikut:
a.      Memaparkan data-data yang sesuai dengan tema penelitian.
b.      Melakukan analisa terhadap data yang telah dipaparkan.
c.       Menarik kesimpulan dari analisa data.
Analisa kajian isi dalam novel Ayat-Ayat Cinta 2 yaitu dengan terlebih dahulu membaca dan mengamati teks, kemudian diklarifikasi berdasarkan teori yang dirancang dan selanjutnya menelaah atau menganalisis kandungan akhlak dalam kehidupan kemudian dideskripsikan.



DAFTAR PUSTAKA

Alfan, Muhammad. 2013. Pengantar Filsafat Nilai. Bandung: Pustaka Setia.
Aminuddin, dkk. 2014. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum.
Arikunto, Suharsimi. 2006 prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Aziz, Erwati. 2003. Prinsip-Prinsip Pendidikan Islam. Surakarta: Tiga Serangkai
Bisri.2014. Statistika Sosial&Pendidikan. Surakarta : Fataba Press. Bogor: Ghalia Indonesia.
Hanafi, RMA. 2001. Pendidikan        Agama Islam untuk Perguruan Tinggi: . Yogyakarta: Philosophy Press.
Ilyas, Yunahar. 2006. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: LPPI.
Khozin. 2013. Khazanah Pendidikan Agama Islam.  Bandung: Remaja  Rosdakarya
Makhbulloh, Deden. 2012. Pendidikan Agama Islam (Arah Baru Pengembangan Ilmu dan Kepribadian di Perguruan Tinggi). Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Mansur. 2007. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mestika,Zed. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Obor.
Moleong, Lexy. J.. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mukni’ah. 2011. Materi Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Riadi, Dayun., et.al. 2017. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Setyosari, Punaji. 2013. Metode  Penelitian  dan  Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Suryana,Toto.,et.al. 1997. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara.
Untung, Moh.Slamet.  2002.  Menelusuri  Metode  Pendidikan  ala  Rasulullah.Semarang: Pustaka Rizki Putra.Moh.

No comments:

Post a Comment

Pengertian Anak Didik

A.       Pengertian Anak Didik Anak didik adalah mahluk yang sedang berada dalam proses pekembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya ma...