Tuesday, January 21, 2020

Makalah Tafsir Tarbawi (Kewajiban Mendidik Anggota Keluarga)



Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu : Ahmad Nabil Atoillah, S.Th.I, M.Hum.














Disusun Oleh :
Anwar Al-Ma’arif
Faqih Husaini Aziz
Fitri Wahyuni

Fakultas Tarbiyah Program Studi PAI
Institut Agama Islam Darussalam (IAID)
Ciamis – Jawa Barat
Tahun Akademik 2018/2019 Semester VI/A






KATA PENGANTAR

          Puji serta syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan manusia dan memuliakannya diatas makhluk - makhluk yang lain. Juga tidak lupa pula shalawat dan salam atas pemimpin umat Islam yakni baginda besar Muhammad SAW, beserta para sahabat dan pengikunya hingga akhir zaman. Alhamdulilah dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan dan Keluarga”.
          Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Tafsir Tarbawi”. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan umumnya bagi kita semua selaku calon generasi penerus masa depan bangsa.










Ciamis, 06 Mei  2019




                                                                                                            Penyusun




DAFTAR ISI
Kata Pengantar  ..………………………..……………………………….. i

Daftar Isi ..…………………………….….……………………………… ii

BAB I Pendahuluan ...……………….…………………………………... 1

A.    Latar Belakang ………….…………………………………… 1

B.     Rumusan Masalah ………………………………………….... 1

C.     Tujuan ……………………………………………………….  2

BAB II Pembahasan …………………………………………………….  3

A.    Kewajiban Mendidik Anggota Keluarga ……………………. 3

B.     Proses Pendidikan Keluarga ………………………………… 5

C.     Materi Pendidikan Keluarga ………………………………..  7

BAB III Penutup ……………………………………………………….  9

            Kesimpulan …………………………………………………….  9

Daftar Pustaka………………………………………………………… 10




                                                      BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Banyak orang karena kesibukan atau karena salah menafsirkan tentang pendidikan sehingga orang tua sering melimpahkan tanggung jawab mendidik pada sekolahan sehingga tugas tersebut terlimpahkan oleh seorang guru.
Dalam hal pendidikan sebenarnya tidak semua dibebankan pada guru di sekolah, karena keluarga dilihat dari perspektif pendidikan merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam kehidupan manusia, kedua orang tua berperan sebagai gurunya dan anaknya berperan sebagai muridnya. Semua mengetahui bahwa pendidikan itu sangat penting, agar akhlak, perilaku, sifat, dan pikiran menjadi lebih baik.
Dalam Islam pun pendidikan di keluarga juga telah diterangkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang merupakan pedoman bagi kaum Islam yang di dalamnya tiada keragu-raguan sedikitpun karena merupakan Kalam Illahii Allah SWT Rabbul ‘Izzati wa Rabbul ‘Alamin.
Al-Qur’an telah menjelaskan bagaimana cara mendidik keluarga, agar tercipta keluarga yang benar-benar aman damai dan tentram serta sesuai dengan tuntunan dan petunjuk dari Allah SWT. Sehingga kita dan keluarga selamat dari siksa dan azab Allah.
B.  Rumusan Masalah
  1. Bagaimana Kewajiban Mendidik Anggota Keluarga?
  2. Bagaimana Proses Pendidikan Keluarga?
  3. Apa Saja Materi Pendidikan Keluarga?


C.  Tujuan

  1. Untuk Mengetahui kewajiban Mendidik Anggota Keluarga

  1. Untuk Mengetahui Proses Pendidikan Keluarga

  1. Untuk Mengetahui Materi Pendidikan keluarga


















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Kewajiban Mendidik Anggota Keluarga
Pendidikan keluarga dapat diartikan sebagai usaha dan upaya orang tua dalam memberikan bimbingan, pengarahan, pembinaan dan pembentukan kepribadian anak serta memberikan bekal pengetahuan terhadap anak.
Keluarga adalah tempat titik tolak perkembangan anak. Peran keluarga sangat dominan untuk menjadikan anak yang cerdas, sehat dan memiliki penyesuaian sosial yang baik. Keluarga merupakan salah satu faktor penentu utama dalam perkembangan kepribadian anak. Dikutip oleh Lazarus, Freud mengatakan bahwa pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan anak merupakan titik tolak perkembangan kemampuan atau ketidakmampuan penyesuaian sosial anak. Menurutnya pula, periode ini sangat menentukan dan tidak dapat diabaikan oleh keluarga. (Hermawati, 2014: 49)
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak. Di dalam lingkungan keluarga anak pertama-tama mendapatkan berbagai pengaruh (nilai). Oleh karena itu, keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua yang bersifat informal dan kodrati. Ayah dan ibu dalam keluarga sebagai pendidiknya, dan anak si terdidiknya. Jika karena suatu hal anak terpaksa tidak tinggal dilingkungan keluarga yang hidup bahagia, anak tersebut masa depannya akan mengalami kesulitan-kesulitan baik di sekolah, masyarakat, maupun kelak sebagai suami istri di dalam lingkungan keluarga.(Hermawati, 2014: 50)
Berikut adalah dalil yang menjelaskan tentang kewajiban mendidik anggota keluarga dalam Al-Qu’an surat At-Tahriim ayat 5-6:

Dalam surah al-Tahrim ayat 5-6 Allah berfirman yang artinya : “ Jika dia (Nabi) menceraikan kamu ,boleh jadi tuhan akan memberi ganti kepadanya dengan istri-istri yang lebiah baik dari kamu, prempuan-prempuan yang patuh ,yang beriman ,yang taat, yang bertaubat ,yang beribadah ,yang berpuasa, yang janda dan yang perawan. Wahai orang-orang yang beriman ! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu,penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,dan keras yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengajarkan apa yang diperintahkan.”
Ayat ini menjelaskan peringatan Allah kepada para istri Nabi Muhammad saw.,bahwa jika Nabi menceraikan mereka maka beliau akan mendapatkan pengganti istri-istri yang lebih baik daripada mereka. Selain itu ayat di atas menggambarkan pula seruan Allah kepada orang-orang mukmin agar mereka menjaga diri dan keluarganya dari siksaan neraka,dimana neraka itu dijaga oleh malaikat yang amat kasar dan mereka tidak pernah melanggar ketentuan Allah.
Pendidikan keluarga itu dimulai dari istri dan suami, mereka mesti saling menghormati dan melaksanakan kewajiban mereka masing-masing. Selain itu mereka dituntut agar bisa berbenah diri untuk menjadi insan yang shaleh dan bertaqwa kepada Allah swt. Kondisi ini merupakan tonggak utama dalam pendidikan keluarga.
Para istri atau ibu memainkan peran yang sangat penting dalam pendidikan anak. Ibu adalah sekolah pertama anak-anak dalam suatu keluarga. Prilaku,tutur kata ,dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan seorang ibu akan selalu menjadi rujukan atau ditiru oleh anak,demikian pula sikap dan prilaku ayah. Sebelum terjadinya perkawinan atau paling tidak sebelum lahirnya anak,ayah dan ibu mesti sudah benar-benar siap membimbing anak-anak dan mempersiapkan diri untuk menjadi teladan positif bagi anak-anak.(Yusuf, 2017: 153)
Dalam ayat 6 dijelaskan atau mengandung perintah menjaga yaitu “qu” (jagalah). Perintah menjaga diri dan keluarga dari api neraka berkonotasi terhadap perintah mendidik atau menjaga. Oleh karena itu ,para orang tua wajib mengajarkan kebaikan dan ajaran agama kepada anak-anak,menyuruh mereka melakukan kebajikan dan menjauhkan diri dari kemurkaan.
Diantara usaha pendidik yang dapat dilakukan orang tua adalah mengajak semua anggota keluarga untuk bertaubat kepada Allah swt. Seperti yang tergambar dalam ayat 8 surah yang sama yaitu yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman ! Bertaubatlah kepada Allah swt. Dengan taubat yang semurni-murninya mudah-mudahn Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahan mu dan memasukan kamu ke dalam surge yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya,sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan disebelah kanan mereka sambil mereka berkata : Ya Tuhan kami,sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami.Sungguh Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. (Q.S al-Tahrim :8)
Jadi orang tua berkewajiban membimbing dan mendidik anaknya,serta mengajak mereka selalu memohon ampunan dari Allah swt menyesali segala perbuatan salah yang pernah dikerjakannya. Allah swt berjanji akan menghapus kesalahan yang pernah diperbuat jika memang benar-benar bertaubat kepada-Nya dan tidak akan melakukan perbuatan itu lagi.
B. Proses Pendidikan Keluarga
Proses pendidikan keluarga pada hakikatnya dimulai semmenjak pemelihan atau penentuan jodoh. NAbi Muhammad menitik beratkan agar memilih jodoh yang kuat iman dan kesholehannya.
Al-qur’an memperbincangkan sosok keluarga yang perlu diteladani oleh kelaurga muslim, yaitu terdapat dalam Surah Ali Imron (3) ayat 33-37:
“Sesungguhnya Alloh telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat ( Pada masa masing-masing), (sebagai) satu keturunan, sebagiannya adalah (keturunan) dari sebgaian yang lain. Alloh Maha Mendengan, Maha Mengetahui. (ingatlah), ketiak istri Imran berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku bernazar kepada-Mu, apa (janin) yang dalam kandunganku (kelak) menjadi hamba yang mengabdi (kepada-Mu), maka terimalah (nazar itu) dariku. Sungguh, Engakaulah yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” Maka ketika melahirkannnya, dia berkata “Ya Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.” Padahal Alloh lebih tahu apa yang dia lahirkan, dan laki-laki tidak sama dengan perempuan perempuan. “Dan aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dan (gangguan) setan terkutuk. “Maka Dia (Alloh) menerimanya dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik dan menyerahkan peliharaannyakepada Zakaria. Setiap kali Zakaria masuk menemuinya di mihrab (kamar khusus ibadah), dia dapati makanan di sisinya. Dia berkata, “wahai Maryam! Dari mana engkau ini peroleh?” Dia (Maryam) menjawab, “itu dari Alloh.” Sesungguhnya Alloh memberi rezeki kepada siapa yang Dia kehendaki tanpa perhitungan.
Secara umum, ayat di atas menggambarkan kemuliaan Adam dan Nuh, dimana Alloh telah mengangkat mereka berdua menjadi Nabi dan sebagai peletak pertama risalah Ilahiyah berupa akidah tauhid, terutama nabi Adam, di muk bumi.  Selain itu ayat ini juga menggambarkan kemuliaan keluarga nabi Ibrahim dan keluarga Imran. Mereka ini hamba-hamba pilihan-Nya, yang tidak hanya karena mereka sebagai Nabi, tetapi juga karena keberhasilan mendidik keluarga.
Keberhasilan keluarga mereka dapat dilihat dari keturunannya yang taat kepada Alloh. Nabi Ibrahim, misalnya dianugerahi dua orang anak , yaitu Ismail dan Ishaq dimana keduanya menjadi Nabi. Ishaq dianugerahi pula anak, yaitu Nabi Ya’kub dan dari nabi Ya’kub ini lahir pula banyak nabi dikalangan Bani Israil, seperti nabi Yusuf, Nabi zakaria, nabi usuf, Nabi zakaria, nabi Yahya, Nabi Musa, Nabi Isa dan lain- sebagainya. Sedang keturunan dari garis Nabi Ismail muncul pula Nabi terakhir, yaitu NAbi Muhammad. (Yusuf, 2017: 159)




C. Materi Pendidikan Keluarga
Adapun materi pendidikan yang mesti diberikan kepada anak dalam keluarga adalah seperti yang tergambar dalam Surat Luqman Ayat 12-19 yang artinya:
".Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, "Bersyukurlah kepada Allah.  Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji” ,"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".  "Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu". "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalim,  maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". " (Luqman berkata), "Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya balasan. Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Mahateliti". "Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang ma’ruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting". "Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri". " Dan sederhanakanlah dalam berjala dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai"
 Ayat ini menjelaskan tentang tokoh pendidikan Al-qur'an lainnya, yaitu Luqman Al hakim. Ia seorang yang bijak, maka dengan kebijakannya ia berhasil mendidik anak dan istrinya menjadi nuslim yang taat kepada Alloh, padahal pada mulanya anak dan istrinya itu bukan muslim tetapi kafir. Dengan tegas dijelaskan dalam ayat tersebut, bagaimana lukman mendidik dan mengajar anaknya serta materi pendidikan yang ia sampaikan kepaa anaknya. Dengan ungkapan yang menyejukkan jiwa, Luqman memanggil anaknya ya bunayya (wahai anakku). anaknyapun tertarik dan terpesona dengan panggilan tersebut sehingga membuat ia menerima pengajaran sang ayah. Bahkan, Lukaman tidak hanya menyapa anaknya dengan panggilan ya bunayya tetapi ia juga menggunakan untaian kata yang sangat menarik jiwa sang anak ketika menyampaikan materi pelajaran.
Ayat ini menjelaskan materi pembelajaran lukaman terhadap anaknya. Materi tersebut meliputi kajian-kajian keislaman terutama hal-hal yang berkaitan dengan fardhu 'ain, yaitu sebagai berikut:
Pertama: materi yang berkaitan dengan akidah tauhid, seperti yang tergambar dalam ayat 12, 13 dan 16.
Kedua: materi pembelajaran tentang "menghormati kedua orang tua"
Ketiga: materi berkaitan dengan ibadah kepada Alloh terutama sholat seperti yang terlihat dalam ayat 17.
Keempat: materi pembelajaran yang berkaitan dengan akhlak mulia seperti yang tergambar dalam ayat 18 dan 19.
Kajian-kajian keislaman yang meliputi hal-hal yang telah disebutkan di atas dan semua materi yang berkaitan dengannya, adalah materi yang harus diajarkan kepada anak-anak dalam keluarga. Ia termasuk ilmu fardhu 'ain yang mesti diketahui dan diamalkan oleh setiap individu muslim (Yusuf, 2017: 165).


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
       Pendidikan keluarga dapat diartikan sebagai usaha dan upaya orang tua dalam memberikan bimbingan, pengarahan, pembinaan dan pembentukan kepribadian anak serta memberikan bekal pengetahuan terhadap anak.
Konsep pendidikan dalam keluarga yang pertama adalah membentuk pribadi anak dan selalu mengikuti perkembangan anak, karena anak adalah generasi penerus yang akan membawa keluarga pada tahap berikutnya. Anak yang terdidik baik tentu akan membawa kebaikan pula bagi keluarganya, begitupun sebaliknya.


















DAFTAR PUSTAKA

Hermawati, Pendidikan Keluarga. 2014. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Tafsir Tarbawi. 2017. Jakarta: Bumi Aksara

















Nama : Anwar Al ma’arif
Kewajiban Mendidik Anggota Keluarga
Menurut saya keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak-anak. Maka sudah selayaknya ayah dapat menjadi contoh yang baik bagi istri dan anaknya, begitupun dengan ibu yang memiliki tugas yang sangat berat dimana ia harus bisa menjaga harga dirinya ketika suaminya sedang bekerja dan dapat memberi pendidikan agama yang baik terhadap anaknya agar dapat memberikan bimbingan, pengarahan,dan pembinaan agar anak dapat menjadi manusia yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa, walaupun sebenarnya kewajiban mengurus anak adalah kewajiban kedua orang tuanya.
Peran kedua orang tua dalam mendidik anak agar terwujudkan kepribadian anak yang baik diantaranya: kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anak dalam batas yang wajar dan tidak terlalu memanja anak dalam setiap waktu.
Misalkan: sewaktu saya kecil sekitar kelas 4 atau 5 SD-an dalam beberapa kesempatan sering disuapin makan kalau misalkan sedang tidak mau makan karena waktu istirahat yang kurang, mungkin bagi sebagian anak pada usia segitu sudah tidak lagi disuapin sama orang tuanya, walaupun demikian saya tetap diberi tugas harian yang wajib dikerjakan seperti pagi-pagi membersihkan rumah seperti nyapu, ngepel dan mebersihkan bekas makan sendiri, itu semua mulai dikerjakan sekitar kelas 2-3 SD-an dan dikerjakan bersama kaka saya.
Kemudian dalam mendidik anak, kedua orang tua harus ada saling menghormati dan adanya komunikasi yang baik dalam mengambil keputusan agar maksud dari kedua orang tua dapat tersampaikan dengan baik. Jangan sampai mendidik anak itu setengah-setengah, maksudnya ketika harus dilakukan maka harus dilakukan, ketika tidak maka tidak. Namun ketika anak mulai dewasa maka orang tua harus memberi kebebasan dalam menentukan pilihannya tetapi orang tua tetap mengawasi dan memberi arahan.

Nama              : Faqih Husaini A

KEWAJIBAN MENDIDIK ANGGOTA KELUARGA
Menurut saya mendidik anggota keluarga itu sangatlah penting ,terlebih orangtua yang mendidik anaknya dan juga seorang suami yang mendidik istrinya. Namun bukan berarti tidak boleh mendidik suaminya,jika suaminya salah dalam berbuat istri berkewajiban dalam meluruskannya.
            Dalam istilah keluarga istri dan suami berkewajiban memiliki sifat saling menghargai ,karena dengan saling menghargai keluarga akan tercipta harmonis. Dalam keluarga tanggung jawab seorang suami atau ayah sangatlah penting untuk mendidik anggota keluarganya agar bisa membawa anggota keluarganya menuju jalan yang benar.
            Dalam mendidik anak di dalam keluarga ibulah yang menjadi tempat pertama pendidikan bagi anaknya,jadi ibu berperan untuk membimbing anaknya supaya berprilaku baik,dan ayah membantu dalam proses tersebut. Wajib bagi kedua orangtua untuk mendidik atau membimbing serta mengarahkan anaknya kepada akhlakul karimah.
            Contoh :  
            Waktu dulu saya masih kecil saya disuruh untuk membiasakan shalat ,lalu biasakan salatnya di masjid,disuruh mengikuti ayah saya , tapi karena mungkin saya belum tau arti dari salat, saya suka ga rajin dalam hal salat ,tapi lama-kelamaan ayah saya yang bertindak ,ayah saya berkata “ Nak,kamu sudah mau tumbuh besar ,ada kewajiban yang harus dilakukan didalam agama kita yaitu salat,kalau ga salat nanti kamu akan disiksa oleh Allah ,kalau dibiasakan tidak salat nanti akan terbawa sampai besar,” .Dari waktu itu saya menanyakan disiksanya bagaimana ,dan ayah saya menjelaskannya ,lalu saya takut akan siksaan di akhirat kelak, dari situlah sampai sekarang Alhamdulillah saya rajin shalat .

            Jadi dalam keluarga harus ada komunikasi yang baik diantara anggota keluarga jangan sampai ada salah paham ,karena dengan berkomunikasi baik diantara anggota keluarga akan menciptakan keluarga yang harmonis.


No comments:

Post a Comment

Pengertian Anak Didik

A.       Pengertian Anak Didik Anak didik adalah mahluk yang sedang berada dalam proses pekembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya ma...